Halo, Sobat Suka Fakta! Baru-baru ini kamu pasti melihat berita atau video viral tentang kos-kosan yang penuh dengan sampah, kan?! Di zaman sekarang, hal-hal seperti ini emang gampang banget viral dan muncul di media sosial.
Orang-orang mungkin langsung berpikir, “Kok bisa sih ada orang yang hidup kayak gitu?”. Nah, di balik cerita pemilik kos yang gerebek kamar kosnya penuh sampah itu, ternyata ada kondisi yang disebut dengan hoarding disorder.
Hoarding disorder ini bukan cuma soal suka menimbun barang, lho. Lebih dari itu, hoarding disorder adalah gangguan mental yang serius dan bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya. Penasaran kan, apa sih hoarding disorder itu?
Nah, kali ini Suka Fakta bakal ajak kalian memahami lebih dalam segala hal tentang hoarding disorder. Dengan begitu, kamu bisa lebih memahami dan tidak menjudge mereka yang mengidap gejala hoarding disorder.
Apa Itu Hoarding Disorder?
Hoarding disorder adalah kondisi di mana seseorang memiliki kebiasaan menimbun barang yang tidak dibutuhkan dan merasa sulit untuk membuangnya. Hal ini sering terjadi karena penderita merasa bahwa barang-barang tersebut akan berguna di masa depan, memiliki nilai sentimental, atau memberi rasa aman.
Kebiasaan menumpuk barang ini tentu berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya merasa tidak nyaman jika tempatnya penuh dengan barang-barang tak terpakai, sehingga menyebabkan lingkungannya sangat kotor.
Orang dengan hoarding disorder sering kali tidak sadar bahwa kebiasaan mereka bermasalah. Mereka merasa bahwa menyimpan barang adalah hal yang normal dan berguna. Padahal, kebiasaan ini bisa berdampak negatif pada kesehatan, keselamatan, dan hubungan sosial mereka.
Hoarding disorder berbeda dengan kebiasaan menimbun biasa karena pada kasus ini, barang-barang yang ditimbun benar-benar mengganggu fungsi ruangan dan kehidupan sehari-hari.
Apa yang Menyebabkan Hoarding Disorder?
Setelah memahami apa itu hoarding disorder, sekarang saatnya kita memahami apa saja yang menyebabkan seseorang menderita hoarding disorder. Ternyata, ada banyak penyebabnya, lho. Berikut penyebab hoarding disorder.
1. Gangguan Mental
Salah satu penyebab utama hoarding disorder adalah adanya gangguan mental seperti depresi, skizofrenia, atau obsessive-compulsive disorder (OCD). Penderita gangguan mental ini sering kali merasa kesulitan dalam mengatur barang-barang mereka dan cenderung menimbun karena merasa itu bisa memberi mereka rasa aman atau kontrol. Misalnya, seseorang dengan OCD mungkin merasa cemas berlebihan jika harus membuang barang-barang tertentu karena takut ada yang hilang.
2. Pengaruh Lingkungan dan Keluarga
Pengaruh keluarga dan lingkungan tempat seseorang dibesarkan juga bisa menjadi penyebab hoarding disorder. Jika sejak kecil seseorang tidak diajarkan cara memilah dan menyimpan barang dengan benar, mereka bisa tumbuh dengan kebiasaan menimbun. Selain itu, jika ada anggota keluarga yang juga menderita hoarding disorder, kemungkinan besar perilaku ini akan ditiru atau dianggap normal.
3. Pengalaman Traumatis
Pengalaman traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai atau kesulitan ekonomi bisa memicu hoarding disorder. Seseorang yang pernah mengalami kehilangan besar mungkin merasa perlu menyimpan semua barang sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit atau ketidakpastian. Misalnya, setelah kehilangan rumah akibat kebakaran, seseorang mungkin mulai menimbun barang-barang karena merasa itu bisa memberi rasa aman dan kepastian.
4. Faktor Genetik dan Fungsi Otak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hoarding disorder bisa berkaitan dengan faktor genetik dan fungsi otak. Ini berarti, ada kemungkinan seseorang mewarisi kecenderungan untuk menimbun dari orang tuanya. Selain itu, gangguan pada fungsi otak tertentu bisa membuat seseorang sulit untuk mengambil keputusan atau membuang barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Gejala Hoarding Disorder
Gejala utama hoarding disorder adalah kesulitan untuk membuang barang yang tidak diperlukan. Sobat Suka Fakta, mungkin kita pernah merasa sayang untuk membuang barang, tapi bagi penderita hoarding disorder, perasaan ini sangat berlebihan dan mengganggu fungsi hidup mereka.
Gejala hoarding disorder lainnya adalah merasa cemas atau tertekan saat harus membuang barang, menimbun barang hingga ruangan di rumah tidak bisa digunakan dengan baik, dan menjauh dari keluarga atau teman karena merasa malu atau tidak ingin ada yang menyentuh barang-barang mereka.
Selain itu, penderita hoarding disorder juga sering merasa aman saat dikelilingi oleh barang-barang yang ditimbun, meskipun sebenarnya kondisi ini sangat tidak baik bagi kesehatannya.
Cara Mengatasi Hoarding Disorder
Langkah pertama cara mengatasi hoarding disorder adalah dengan dimulai dari diri sendiri. Jika kamu merasa mengidap gejala hoarding disorder, maka cobalah mengakui bahwa ada masalah. Jangan ragu juga untuk mencari bantuan profesional.
Penderita hoarding disorder bisa mencoba melakukan terapi perilaku kognitif. Terapi ini bisa sangat efektif untuk membantu penderita belajar mengelola keinginan menimbun dan membuat keputusan yang lebih baik.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting. Mereka bisa membantu dengan cara tidak menghakimi dan memberikan dukungan emosional. Beberapa teknik yang bisa membantu penderita hoarding disorder antara lain adalah membuat daftar barang, membersihkan ruangan dan mengurangi barang yang ditimbun secara bertahap.
Terus, jangan lupa untuk selalu tarik napas dalam-dalam setiap kali merasa cemas atau tegang saat membuang barang. Ini bisa membantu meredakan perasaan tidak nyaman dan memberi ketenangan.
Komplikasi Hoarding Disorder
Hoarding disorder tidak hanya mempengaruhi kehidupan sehari-hari, tapi juga bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang serius. Salah satu dampak negatif yang paling jelas adalah risiko kesehatan dan keselamatan.
Sobat Suka Fakta, tinggal di rumah yang penuh dengan tumpukan barang tentu bisa meningkatkan risiko jatuh, tertimpa barang, atau terjebak dalam ruang yang sempit. Selain itu, rumah yang gak dibersihkan juga bisa menjadi sarang kuman dan penyakit.
Gak cuma itu, hoarding disorder juga bisa menimbulkan konflik dengan keluarga dan teman. Penderita sering kali menolak bantuan atau merasa tersinggung jika ada yang mencoba membersihkan rumah mereka.
Hal ini bisa menyebabkan isolasi sosial, di mana penderita menjauh dari orang-orang di sekitar mereka. Konflik ini tentu bisa berdampak buruk pada hubungan sosial dan kualitas hidup secara keseluruhan. Jadi, sangat penting untuk mengatasi hoarding disorder sebelum menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
Pencegahan Hoarding Disorder
Sayangnya, masih belum ada cara pasti untuk mencegah seseorang mengidap hoarding disorder, terutama karena penyebab pastinya juga belum sepenuhnya dipahami. Namun, Sobat Suka Fakta, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko terkena kondisi ini.
Salah satunya adalah dengan memperhatikan kesehatan mental sejak dini. Jika kamu atau orang terdekatmu mengalami gangguan mental seperti depresi atau OCD, segera cari bantuan profesional.
Selain itu, penting juga untuk membangun kebiasaan yang sehat dalam mengelola barang-barang. Misalnya, ajari anak-anak untuk memilah barang yang mereka butuhkan dan tidak butuhkan.
Bantu mereka memahami pentingnya kebersihan dan keteraturan. Jika ada anggota keluarga yang menunjukkan tanda-tanda hoarding disorder, dorong mereka untuk mencari bantuan dan berikan dukungan yang diperlukan.
Hoarding Disorder Apakah Bisa Sembuh?
Mungkin Sobat Suka Fakta bertanya-tanya, apakah hoarding disorder bisa sembuh? Jawabannya adalah bisa, tapi membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Proses penyembuhan hoarding disorder biasanya dimulai dengan diagnosis yang tepat.
Dokter atau profesional kesehatan mental akan melakukan evaluasi psikologis untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan menimbun ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Sementara itu, metode pengobatan yang paling umum digunakan adalah terapi perilaku kognitif.
Dalam terapi ini, penderita akan diajari cara mengelola keinginan menimbun barang dan bagaimana membuat keputusan yang lebih baik tentang barang-barang yang dimiliki. Selain itu, obat-obatan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) juga bisa diresepkan jika penderita mengalami gangguan mental lain seperti depresi atau kecemasan.
Kesimpulan
Hoarding disorder adalah kondisi serius yang bisa berdampak negatif pada kehidupan penderitanya. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang hoarding disorder, kita bisa membantu diri sendiri atau orang terdekat yang mungkin mengalaminya.
Jadi, Sobat Suka Fakta, mari kita lebih peka dan peduli terhadap kondisi psikologi ini. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan jika kamu atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda hoarding disorder.
Ingat, langkah kecil seperti memilah barang-barang atau mencari bantuan profesional bisa membawa perubahan besar dalam hidup. Yuk, kita bantu mereka yang membutuhkan dan ciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman untuk semua!
REFERENSI:
- Alodokter. (n.d.). Hoarding Disorder. Retrieved from https://www.alodokter.com/hoarding-disorder
- Halodoc. (n.d.). Hoarding Disorder. Retrieved from https://www.halodoc.com/kesehatan/hoarding-disorder
- Siloam Hospitals. (n.d.). Mengenal Hoarding Disorder, Kebiasaan Menimbun Barang. Retrieved from https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-hoarding-disorder
SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.