Misteri

Mitos & Fakta Desa Trunyan, Banyak Mayat di Bawah Pohon?

334
×

Mitos & Fakta Desa Trunyan, Banyak Mayat di Bawah Pohon?

Share this article
Fakta dan Mitos Desa Trunyan
Fakta dan Mitos Desa Trunyan, Desa Unik di Bali yang Memiliki Kisah Mistis. Sumber: getyourguide

Halo, Sobat Suka Fakta! Kalian pasti tau kalo di Indonesia ada banyak banget tempat-tempat yang dikenal horor, ya, kan?!  mulai dari Lawang Sewu, Taman Nasional Alas Purwo, Gunung Kawi, Fort Rotterdam, hingga Desa Trunyan. 

Nah, kali ini kita bakal bahas tentang fakta Desa Trunyan yang ada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Yup! Di balik keindahan alam dan kekayaan budayanya, Bali juga menyimpan segudang cerita mistis yang sangat menarik untuk diulik. 

Mungkin Desa Trunyan nggak sepopuler Kuta atau Ubud, tapi desa ini punya pesona yang nggak kalah menarik, lho! Terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Desa Trunyan memiliki tradisi pemakaman yang super unik dan mistis. 

Di sini, jenazah nggak dikubur atau dikremasi seperti biasa, tapi diletakkan begitu saja di bawah pohon taru menyan yang dipercaya bisa menghilangkan bau busuk. Bayangin, kamu lagi jalan di sebuah desa, tapi kamu melihat jenazah di bawah pohon. Serem, kan?!

Sejarah Desa Trunyan

fakta desa trunyan
Potret pohon Taru Menyan. Sumber: Visitbali.id

Nah, Sobat Suka Fakta, pasti kalian penasaran kan, gimana sih ceritanya sampai desa ini punya tradisi pemakaman yang unik banget? Jadi, tradisi pemakaman di bawah pohon Taru Menyan ini dimulai dari legenda empat bersaudara dari Keraton Surakarta. 

Konon, dulu ada seorang Raja Surakarta yang punya empat anak, yaitu tiga lelaki dan satu perempuan. Suatu hari, mereka mencium aroma harum yang nggak tahu asalnya dari mana. Si bungsu perempuan, bilang kalau bau harum itu datang dari arah timur. 

Nah, mereka pun meminta izin kepada sang raja untuk mencari sumber bau harum tersebut. Setelah dapat izin, mereka berangkat menuju arah timur. Perjalanan panjang pun dimulai, dan setelah berhari-hari, mereka sampai di Bali. 

Semakin ke timur, bau harum itu semakin terasa kuat. Akhirnya, perjalanan mereka berhenti di Gunung Batur. Si bungsu merasa nyaman dan aman di sana, sehingga ia memutuskan untuk menetap. Ketiga kakaknya mengizinkan dan si bungsu di tempat itu mendapat gelar Ratu Ayu Mas Maketeg.

Sementara itu, ketiga saudara lelaki melanjutkan perjalanan menyusuri Danau Batur hingga tiba di tempat datar (belongan) di barat daya. Di tengah jalan, mereka mendengar suara burung sehingga pangeran ketiga gembira dan berteriak. Namun hal itu dianggap tidak pantas. 

Saat pangeran Sulung menyuruh adiknya tinggal di tempat itu, pangeran ketiga menolak sehingga akhirnya ditendang oleh pangeran ketiga hingga jatuh terduduk bersila. Pose ini bisa kalian  lihat di Desa Kedisan, Pura Dalem Pingit. Di desa ini juga Pangeran Ketiga ditinggalkan oleh dua kakaknya dan mendapat gelar Ratu Sakti Sang Hyang Jero.

Perjalanan dilanjutkan oleh pangeran pertama dan pangeran kedua. Ketika mereka sampai di belongan lain, mereka melihat dua perempuan cantik. Pangeran kedua pun menyapa perempuan itu. Hal itu lagi-lagi dianggap tidak sopan oleh pangeran pertama, sehingga pangeran kedua diminta untuk tinggal di tempat itu. 

Namun pangeran kedua menolaknya dan akhirnya ditendang oleh pangeran pertama hingga jatuh tertelungkup. Pangeran kedua akhirnya menjadi kepala desa di tempat yang kemudian diberi nama Desa Abang Dukuh itu. Di sini, pangeran kedua diberi gelar Ratu Sakti Dukuh.

Di desa ini kamu juga bisa menemukan patung pangeran kedua dalam kondisi telungkup. Namun sayangnya, patung ini telah tertimbun oleh lahar dingin akibat letusan Gunung Agung yang terjadi pada 1963.

Akhirnya, tinggal anak pertama yang melanjutkan perjalanan sendirian. Dia terus mencari sumber bau harum itu hingga mencapai Pohon Taru Menyan. Di sana, dia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang membuatnya terpesona. 

Ketika pangeran pertama ingin menikahi perempuan itu, kakaknya mengajukan persyaratan agar sang pangeran mau menjadi pancer jagat atau pasak dunia di tempat itu, yaitu Desa Trunyan yang kemudian menjadi kerajaan keci;.

Mereka pun menikah, dan pangeran pertama diberi gelar Ratu Sakti Pancering Jagat, sementara istrinya mendapat gelar Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar. Nah, untuk melindungi daerahnya dari ancaman luar, Ratu Sakti Pancering Jagat menetapkan tradisi unik, yaitu jenazah tidak dikubur, tapi diletakkan di bawah Pohon Taru Menyan. 

Pohon inilah yang menghilangkan bau busuk dari jenazah dan mengeluarkan bau harum. “Taru” berarti pohon dan “Menyan” berarti harum dalam bahasa setempat. Nah, itulah sejarah dan asal-usul Desa Trunyan dan pemakaman yang penuh dengan cerita legenda. Menarik banget kan, Sob?!

Fakta Desa Trunyan

 desa Trunyan
Potret pemakaman yang ada di Desa Trunyan. Sumber: Wikipedia

1. Pohon Taru Menyan

Pohon Taru Menyan adalah bintang utama di Desa Trunyan. Pohon ini tidak hanya berperan dalam tradisi pemakaman, tapi juga memiliki keunikan tersendiri. Pohon Taru Menyan diperkirakan sudah berusia ribuan tahun, tapi anehnya, pohon ini tidak banyak mengalami perubahan. 

Alih-alih mati, pohon ini justru tumbuh besar dan kuat, serta mampu menyerap bau busuk dari jenazah yang diletakkan di bawahnya. Nama “Taru Menyan” sendiri berasal dari bahasa setempat, di mana “Taru” berarti pohon dan “Menyan” berarti harum.

2. Jenis Pemakaman di Desa Trunyan

Di Desa Trunyan, pemakaman dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan kondisi jenazah, yaitu:

  • Sema Wayah: Tempat pemakaman untuk orang dewasa yang meninggal secara wajar dan sudah menikah. Jenazah yang memenuhi syarat ini akan diletakkan di bawah pohon Taru Menyan.
  • Sema Muda: Tempat pemakaman untuk anak-anak atau orang dewasa yang belum menikah. Jenazah di sini tidak ditempatkan di bawah pohon Taru Menyan, tetapi dikubur dengan cara yang lebih tradisional.
  • Sema Bantas: Tempat pemakaman untuk jenazah yang meninggal secara tidak wajar, seperti kecelakaan atau karena penyakit yang menyebabkan anggota tubuh tidak lengkap. Jenazah di sini juga dikubur dan tidak diletakkan di bawah pohon Taru Menyan.

3. Aturan Berkunjung

Kalau kamu berencana mengunjungi Desa Trunyan, ada beberapa aturan yang perlu kamu patuhi, Sob. Pertama, selalu hormati tradisi dan adat setempat. Hindari berbicara kotor dan jangan mengambil barang apa pun yang berada di sekitar pohon Taru Menyan. 

4. Tempat Menarik di Sekitar Desa

Selain tradisi pemakaman yang unik, ada beberapa tempat menarik di sekitar Desa Trunyan yang bisa kamu kunjungi, seperti:

  • Pura Pancering Jagat: Di sini, kamu bisa menemukan atraksi menarik berupa kesenian tradisional yang disebut Barong Brutuk. Barong Brutuk adalah jelmaan dari penguasa di Desa Trunyan. Orang-orang yang memerankan Barong Brutuk harus menjalani penyucian diri selama 42 hari dan tidak boleh berhubungan dengan perempuan selama itu.
  • Danau Batur: Sebelum sampai di Desa Trunyan, kamu pasti akan melewati Danau Batur. Danau ini terkenal dengan keindahannya dan diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Global Geopark Network. Air danau yang berwarna hijau kebiruan serta pemandangan bukit yang memanjang membuat tempat ini sempurna untuk bersantai dan menikmati alam.

Mitos Desa Trunyan

Tak kasat mata.
Ilustrasi Tak kasat mata. Sumber: IST

1. Bau Pohon Taru Menyan Tercium hingga Pulau Jawa

Legenda yang paling terkenal di Desa Trunyan tentu saja tentang pohon Taru Menyan. Pohon ini bukan pohon biasa, karena dipercaya mampu menyerap bau busuk dari jenazah yang diletakkan di bawahnya. 

Menurut cerita rakyat, pohon ini memiliki wangi yang sangat kuat, bahkan bisa tercium hingga ke Pulau Jawa. Inilah yang membuat empat bersaudara dari Keraton Surakarta tertarik dan melakukan perjalanan panjang untuk mencari sumber bau harum tersebut.

2. Dewi Penunggu Pohon

Menurut mitos, pohon Taru Menyan dijaga oleh seorang dewi yang sangat cantik. Dewi ini adalah istri dari Ratu Sakti Pancering Jagat, pemimpin pertama di Desa Trunyan. Konon, dewi ini tidak hanya menjaga pohon, tetapi juga melindungi desa dari ancaman luar. Banyak penduduk desa yang percaya bahwa dewi ini masih bersemayam di sekitar pohon dan menjaga ketenangan desa.

3. Ritual dan Pantangan

Di Desa Trunyan, ada beberapa ritual dan pantangan yang harus diikuti, terutama saat melakukan pemakaman. Misalnya, jumlah jenazah yang boleh diletakkan di bawah pohon Taru Menyan tidak boleh lebih dari sebelas orang. 

Selain itu, jenazah harus memenuhi syarat tertentu, seperti meninggal secara wajar, sudah menikah, dan anggota tubuh lengkap. Kalau nggak, mereka akan dimakamkan di tempat lain seperti Sema Muda atau Sema Bantas.

4. Penampakan dan Suara Aneh

Beberapa wisatawan yang pernah berkunjung ke Desa Trunyan melaporkan pengalaman mistis yang mereka alami. Ada yang mendengar suara-suara aneh di malam hari, seperti suara langkah kaki atau suara orang berbisik. Ada juga yang mengaku melihat penampakan bayangan hitam di sekitar pohon Taru Menyan. Meskipun belum ada bukti konkret, cerita-cerita ini menambah kesan seram dan mistis desa ini.

5. Penjagaan Ratu Sakti Pancering Jagat

Ratu Sakti Pancering Jagat, pemimpin pertama Desa Trunyan, juga dikelilingi banyak mitos. Konon, Ratu Sakti memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa. Dia bisa berkomunikasi dengan roh-roh leluhur dan mendapatkan petunjuk dari mereka. Beberapa penduduk desa percaya bahwa arwah Ratu Sakti masih ada di desa ini dan terus menjaga ketertiban serta keamanan desa.

6. Cerita Horor dari Penduduk Lokal

Penduduk lokal juga punya banyak cerita horor yang diwariskan dari generasi ke generasi. Misalnya, cerita tentang roh jenazah yang tidak tenang karena tidak memenuhi syarat untuk dimakamkan di bawah pohon Taru Menyan. 

Roh-roh ini dipercaya sering muncul di malam hari dan mengganggu penduduk desa. Ada juga cerita tentang penampakan kepala tanpa tubuh yang berkeliaran di sekitar desa pada malam hari.

Kesimpulan

Sobat Suka Fakta, gak kerasa kita udah ada di penghujung artikel. Melalui perjalanan ini kita jadi tau bahwa Desa Trunyan di Bali menawarkan keunikan tersendiri dengan tradisi pemakaman yang tidak biasa. Sejarah desa ini dipenuhi legenda tentang empat bersaudara dari Keraton Surakarta dan cerita tentang Dewi Penunggu Pohon.

Tidak hanya tradisinya, Desa Trunyan juga menawarkan pemandangan alam yang indah, terutama Danau Batur yang diakui sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO. Dengan segala keunikannya, Desa Trunyan menunjukkan bahwa Bali tidak hanya tentang pantai dan resort mewah, tetapi juga memiliki cerita dan tradisi yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. 

REFERENSI:

  • Indonesia Travel. “Kenali Keunikan yang Tersembunyi di Desa Trunyan, Kintamani.” Diakses Dari: https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/kenali-keunikan-yang-tersembunyi-di-desa-trunyan-kintamani.html
  • GGWP. “5 Fakta Desa Trunyan di Bali, Sebuah Dusun yang Punya Mitos Pemakaman Mistis.” Diakses Dari: https://ggwp.id/media/hiburan/horor/fakta-tentang-desa-trunyan-bali
  • 99.co. “Menguak Fakta Desa Trunyan Bali Yang Penuh Misteri.” Diakses Dari: https://berita.99.co/desa-trunyan-bali/
  • Radar Tegal. “Bikin Bulu Kuduk Berdiri! Ini 3 Fakta Seram dari Desa Trunyan Bali.” Diakses Dari: https://radartegal.disway.id/read/659132/bikin-bulu-kuduk-berdiri-ini-3-fakta-seram-dari-desa-trunyan-bali

SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *