Fakta Dunia

Mengenal Upacara Tabuik, Memperingati Gugurnya Imam Husain di Pariaman

90
×

Mengenal Upacara Tabuik, Memperingati Gugurnya Imam Husain di Pariaman

Sebarkan artikel ini
Upacara tabuik
Mengenal Upacara Tabuik, Tradisi Dari Pariaman Untuk Peringati Hari Gugurnya Imam Husain dalam Pertempuran Karbala. Sumber: kompasiana.com

Halo, Sobat Suka Fakta! Kalian pasti tau dong kalo Sumatera Barat memiliki banyak sekali kekayaan budaya. Mulai dari Tari Pasambahan, Tari Indang, Tari Piring, hingga tradisi-tradisinya yang begitu menarik. 

Nah, salah satu tradisi yang dimiliki Sumatera Barat adalah Upacara Tabuik. Upacara ini tepatnya ada di daerah Pariaman, sebuah kota di pesisir barat Sumatera. Upacara Tabuik ini adalah sebuah perayaan tahunan yang penuh makna dan sejarah. 

Apa sih sebenarnya Upacara Tabuik? Upacara Tabuik adalah tradisi yang diadakan untuk memperingati hari Asyura, hari gugurnya Imam Husain sang cucu Nabi Muhammad, dalam Pertempuran Karbala. Melalui upacara ini, masyarakat Pariaman menunjukkan rasa hormat dan duka cita mereka.

Tapi, bukan cuma soal upacara keagamaan saja, Tabuik sudah jadi bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat Pariaman. Bahkan, upacara ini jadi atraksi wisata yang paling dinanti setiap tahunnya. Menarik banget, kan?!

Nah, di artikel ini kita bakal mengupas tuntas segala hal tentang Upacara Tabuik. Jadi, siap-siap untuk terpesona dengan cerita dan tradisi unik dari Sumatera Barat yang satu ini, ya, Sobat Suka Fakta!

Sejarah Upacara Tabuik

upacara tabuik
Ilustrasi cucu Nabi Muhammad. Imam Husain. Sumber: totabuan.news

Sobat Suka Fakta, tahukah kamu bahwa Upacara Tabuik sudah ada sejak abad ke-19 Masehi? Awalnya, tradisi ini dibawa oleh pasukan Tamil Muslim Syi’ah dari India yang ditempatkan di Pariaman oleh Inggris. 

Mereka ingin memperingati hari Asyura, yaitu hari gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad, dalam Pertempuran Karbala. Sejak itu, upacara ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Pariaman.

Seiring waktu, Upacara Tabuik mengalami banyak perubahan dan penyesuaian. Awalnya sangat kental dengan pengaruh Timur Tengah, tetapi masyarakat Pariaman menyesuaikannya dengan adat Minangkabau. 

Pada tahun 1910, ada kesepakatan antar nagari (desa) untuk menyesuaikan perayaan ini dengan adat lokal, sehingga menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Ini jadi bukti bahwa Indonesia sangat terbuka untuk melakukan kulturasi budaya. Keren, kan, Sob?!

Jenis-Jenis Upacara Tabuik 

Upacara Tabuik.
Potret Upacara Tabuik. Sumber: indonesiakaya

Sobat Suka Fakta, tahu nggak kalau ternyata ada dua jenis Tabuik di Pariaman? Yup, ada Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Keduanya punya keunikan dan cerita masing-masing.

1. Tabuik Pasa

    Tabuik Pasa berasal dari wilayah selatan sungai yang membelah Kota Pariaman sampai ke Pantai Gandoriah. Nah, wilayah ini dianggap sebagai asal muasal tradisi Tabuik, makanya disebut Tabuik Pasa (Pasar).

    2. Tabuik Subarang

    Tabuik Subarang berasal dari wilayah yang terletak di sisi utara sungai, dikenal sebagai Kampung Jawa karena banyak pendatang dari Jawa yang menetap di sini. Tradisi Tabuik di wilayah ini dimulai sekitar tahun 1915 atas permintaan masyarakat yang ingin ada variasi dalam perayaan Tabuik.

    Meski berasal dari wilayah yang berbeda, namun kedua jenis Tabuik ini memiliki tujuan yang sama, yaitu memuliakan arwah Imam Husain. Uniknya, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang punya sedikit perbedaan dalam pelaksanaan upacaranya, tapi tetap mempertahankan esensi dan makna yang sama.

    Makna Setiap Tahapan di Upacara Tabuik

    Sobat Suka Fakta, setiap tahapan dalam Upacara Tabuik punya makna dan filosofi yang mendalam, lho. Yuk, kita lihat satu per satu!

    1. Pengambilan Tanah dari Sungai (1 Muharram)

    Potret mengambil tanah dalam sungai.
    Potret mengambil tanah dalam sungai. Sumber: canangnews

    Proses pengambilan tanah ini menjadi momen awal dari seluruh rangkaian upacara yang penuh dengan simbolisme. Tanah yang diambil dari sungai pada tanggal 1 Muharram diibaratkan sebagai kuburan Imam Husain dan melambangkan asal-usul manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. 

    Filosofi ini mengajarkan kita tentang kehidupan dan kematian yang pasti. Melalui simbol tanah ini, masyarakat Pariaman ingin menunjukkan penghormatan dan rasa duka cita mendalam terhadap perjuangan Imam Husain.

    Nantinya, setelah tanah diambil akan dibungkus dengan kain putih dan disimpan di lalaga, tempat khusus yang dikelilingi pagar bambu. Ini memberikan suasana sakral dan menambah kekhidmatan upacara.

    2. Menebang Batang Pisang (5 Muharram)

    menebang batang pisang
    Potret penebangan batang pohon pisang. Sumber: Dok. MC Kota Pariaman

    Prosesi menebang batang pisang pada tanggal 5 Muharram dilakukan oleh pria dengan pakaian silat. Ini melambangkan keberanian salah satu putra Imam Husain yang menuntut balas atas kematian ayahnya. 

    Batang pisang yang ditebang dengan sekali tebas juga menjadi simbol ketajaman pedang dalam pertempuran. Prosesi ini mengingatkan kita akan keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan.

    Selain itu, menebang batang pisang juga melibatkan seni bela diri, yang menunjukkan keterampilan dan kekuatan fisik. Prosesi ini menjadi tontonan menarik yang menggabungkan elemen budaya dan spiritual, menjadikannya salah satu bagian yang paling dinantikan dalam Upacara Tabuik.

    3. Maatam (7 Muharram)

    Prosesi maatam pada tanggal 7 Muharram dilakukan oleh para perempuan yang meratap dan menangis, menjadi simbol kesedihan atas kematian Imam Husain dan keluarganya. Ini adalah ekspresi duka cita yang mendalam dan menunjukkan solidaritas terhadap penderitaan keluarga Imam Husain. 

    Prosesi maatam tidak hanya sekedar ratapan, tetapi juga bentuk penghormatan dan pengingat akan pengorbanan besar yang dilakukan oleh Imam Husain dan keluarganya. Melalui maatam, masyarakat Pariaman menunjukkan betapa besar rasa kehilangan mereka terhadap perjuangan suci ini.

    4. Maarak Sorban dan Panja (7-8 Muharram)

    Maarak Sorban
    Ilustrasi Maarak Sorban. Sumber: bengkuluekspress.disway.id

    Pada tanggal 7 dan 8 Muharram, dilakukan prosesi maarak sorban dan panja. Sorban diarak sebagai simbol keberanian Imam Husain, sedangkan maarak panja mengarak tiruan jari-jari tangan yang melambangkan tubuh Imam Husain yang tercincang. Prosesi ini menggambarkan kekejaman pertempuran Karbala dan keberanian dalam menghadapi penderitaan. 

    Penggunaan sorban dan panja juga memiliki simbol tersendiri. Sorban melambangkan kebijaksanaan dan keberanian, sementara panja mengingatkan pada kepedihan dan penderitaan. Kedua prosesi ini memberikan gambaran yang jelas tentang dualitas perjuangan dan pengorbanan, serta nilai-nilai yang diajarkan melalui peristiwa Karbala.

    5. Tabuik Naik Pangkek (10 Muharram pagi)

    Upacara Tabuik
    Potret Upacara Tabuik. Sumber: indonesiakaya

    Pada pagi hari tanggal 10 Muharram, bagian atas tabuik dipasang dan akan diarak ke jalan. Acara ini disebut tabuik naik pangkek yang menyimbolkan kesatuan dan kebangkitan semangat masyarakat Pariaman. Prosesi ini menunjukkan bagaimana masyarakat bersama-sama menyatukan kekuatan dan semangat dalam menjalankan tradisi ini.

    Tabuik yang diarak melambangkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang kuat. Masyarakat Pariaman dengan antusias ikut serta dalam prosesi ini, menjadikannya salah satu momen paling meriah dalam rangkaian Upacara Tabuik.

    6. Hoyak Tabuik dan Pelarungan (10 Muharram sore)

    Hoyak Tabuik
    Potret Hoyak Tabuik. Sumber: indonesiakaya.com

    Pada sore hari tanggal 10 Muharram, tabuik diarak sepanjang jalan menuju pantai dan dilarung ke laut. Prosesi ini diiringi oleh bunyi gendang tasa yang riuh, melambangkan bahwa orang yang meninggal memiliki tempat kembali, dan masyarakat harus melepaskan mereka dengan rela. Ini adalah momen puncak yang penuh dengan emosi dan makna spiritual.

    Hoyak Tabuik dan pelarungan ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat Pariaman merayakan kehidupan dan kematian sebagai satu kesatuan yang harmonis. Melalui prosesi ini, mereka menunjukkan rasa hormat terakhir dan mengingatkan kita akan siklus kehidupan yang terus berputar.

    Tujuan Upacara Tabuik

    Upacara Tabuik.
    Potret Upacara Tabuik. Sumber: foto.tempo.co

    Sobat Suka Fakta, Upacara Tabuik memiliki beberapa tujuan penting. Yuk, kita bahas satu per satu!

    1. Memperingati Hari Asyura

    Tujuan utama dari Upacara Tabuik adalah untuk memperingati hari Asyura dan mengenang gugurnya Imam Husain. Melalui upacara ini, masyarakat Pariaman menunjukkan rasa hormat dan duka cita mereka atas peristiwa tragis yang terjadi dalam Pertempuran Karbala. 

    Perayaan ini menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk mengingat perjuangan dan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh Imam Husain. Perayaan hari Asyura melalui Upacara Tabuik juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya nilai-nilai keberanian dan pengorbanan. 

    2. Melestarikan Budaya Lokal

    Upacara Tabuik juga berfungsi untuk melestarikan budaya lokal yang kaya dan unik. Dengan melaksanakan Upacara Tabuik setiap tahun, tradisi ini diwariskan kepada generasi muda dan tetap hidup di tengah masyarakat Pariaman.

    Melalui upacara ini, masyarakat Pariaman menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan budaya yang berharga. Tradisi ini juga menjadi ajang untuk memperlihatkan kekayaan budaya Pariaman kepada dunia luar, sehingga semakin dikenal dan dihargai.

    3. Meningkatkan Pariwisata

    Upacara Tabuik menjadi daya tarik wisata yang meningkatkan perekonomian lokal. Wisatawan datang untuk melihat langsung kemeriahan upacara ini, sehingga Pariaman semakin dikenal di kancah nasional dan internasional. 

    Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, pendapatan masyarakat lokal pun ikut meningkat. Hal ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya lokal.

    4. Mempererat Kebersamaan Masyarakat

    Keterlibatan seluruh masyarakat dalam setiap tahapan upacara bisa menumbuhkan rasa solidaritas dan gotong royong di antara mereka. Dari membuat tabuik hingga mengaraknya, semua dilakukan bersama-sama. 

    Upacara ini menjadi momen bagi masyarakat Pariaman untuk bekerja sama dan saling mendukung. Melalui berbagai aktivitas yang dilakukan bersama, rasa persatuan dan kesatuan semakin kuat, menciptakan komunitas yang solid dan harmonis.

    Peralatan yang Digunakan dalam Upacara Tabuik

    Upacara tabuik
    Potret peralatan yang digunakan untuk Upacara tabuik. Sumber: id.wikipedia.org

    Sobat Suka Fakta, nggak lengkap rasanya ngomongin Upacara Tabuik tanpa membahas peralatan dan persiapannya. Yuk, kita lihat apa saja yang digunakan dalam upacara ini!

    1. Daraga

    Daraga adalah tempat khusus yang digunakan dalam prosesi pengambilan tanah. Dibuat dari bambu dan dihias dengan bunga tujuh warna, daraga melambangkan kuburan Imam Husain.

    2. Gendang Tasa

    Gendang tasa yang dikenal sebagai gendang tabuik ini merupakan pengiring utama dalam setiap tahapan upacara. Gendang ini nantinya aka ditabuh terus-menerus oleh tujuh orang penabuh dengan formasi khusus.

    Memiliki tinggi sekitar 54 cm dan diameter 46 cm, gendang ini terbuat dari kulit kambing. Tabuik dihias dengan bunga-bunga, kain beludru, dan berbagai ornamen. Bagian atas berbentuk menara, sedangkan bagian bawah berbentuk kuda bersayap dengan kepala manusia (Buraq).

    Upacara Tabuik Menuai Pro dan Kontra

    Upacara Tabuik.
    Festival Upacara Tabuik. Sumber: pojoksatu.id

    Beberapa pihak melihat upacara ini sebagai bagian penting dari warisan budaya dan sejarah lokal yang harus dilestarikan. Namun di sisi lain, banyak yang menganggap bahwa praktik ini tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni, terutama karena akar sejarahnya yang berasal dari tradisi Syi’ah

    Mengatasi kontroversi itu, pemerintah daerah dan masyarakat Pariaman pun bekerja keras untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pemahaman agama.  Mereka melakukan edukasi kepada masyarakat tentang makna filosofis di balik setiap prosesi, sehingga tidak hanya dipahami sebagai serangkaian ritual fisik, tetapi juga sebagai pelajaran moral dan sejarah.

    Kesimpulan

    Nah, Sobat Suka Fakta, kita sudah sampai di akhir perjalanan mengenal Upacara Tabuik. Dari sejarah dan latar belakangnya, makna dan filosofi yang mendalam, hingga tahapan dan prosesi yang penuh warna, kita telah melihat betapa kaya dan berharganya tradisi ini bagi masyarakat Pariaman. 

    Meski menimbulkan pro dan kontra, namun upacara ini tetap menjadi simbol kebersamaan dan identitas budaya yang kuat. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, Upacara Tabuik bisa terus dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu aset pariwisata budaya yang penting.

    Jadi, kalau Sobat Suka Fakta punya kesempatan, jangan lewatkan untuk datang ke Pariaman dan merasakan sendiri kemeriahan serta kekhidmatan Upacara Tabuik. Akhir kata, sampai jumpa di artikel berikutnya dan tetap semangat menjelajahi fakta-fakta menarik lainnya, ya, Sob!

    REFERENSI:

    • Indonesiakaya.com. (2024). Festival Tabuik, Perhelatan Akbar Masyarakat Pariaman. Diakses dari https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/festival-tabuik-perhelatan-akbar-masyarakat-pariaman/
    • Nu.or.id. (2024). Mengenal Festival Tabuik, Tradisi Masyarakat Pariaman Sambut Tahun Baru Islam. Diakses dari https://www.nu.or.id/daerah/mengenal-festival-tabuik-tradisi-masyarakat-pariaman-sambut-tahun-baru-islam-S9Taz
    • Wikipedia Contributors. (2024). Tabuik. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Tabuik
    Sukafakta

    SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *