Halo, Sobat Suka Fakta! Kalian pasti udah tau kalo Jawa Tengah punya banyak banget candi yang begitu memikat. Mulai dari candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, dan gak ketinggalan juga Candi Cetho.
Nah, kali ini kita akan jalan-jalan virtual ke Candi Cetho. Buat yang belum tahu, Candi Cetho ini adalah candi Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, Sob. Candi ini bukan cuma jadi destinasi wisata andalan di Jawa Tengah, tapi juga menyimpan sejarah yang begitu kaya.
Buat kamu yang suka traveling atau sekadar penasaran sama cerita-cerita sejarah seru, yuk, simak artikel ini sampai habis! Siapin catatan kamu ya, siapa tahu ada info penting yang bakal berguna pas kamu mau berkunjung ke Candi Cetho. Oke, langsung aja kita mulai petualangan kita menuju Candi Cetho yang menakjubkan ini!
Sejarah Candi Cetho
Kalau kita ngomongin soal sejarah Candi Cetho, ada banyak hal menarik yang bisa dibahas nih, Sobat Suka Fakta. Candi Cetho dibangun pada masa Kerajaan Majapahit, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari Majapahit.
Candi ini dibangun di lereng Gunung Lawu, pada ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut. Arsitektur candi ini sangat kental dengan pengaruh Hindu dan konsep megalitik. Nama “Cetho” sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti “jelas”, merujuk pada pemandangan dari candi yang sangat jelas terlihat ke segala penjuru.
Candi Cetho juga digunakan sebagai tempat ruwat atau menyucikan diri. Di candi ini terdapat inskripsi dengan aksara Jawa Kuno yang menunjukkan fungsi candi untuk menyucikan diri dan tahun pembuatan gapura, yaitu 1397 Saka atau 1475 Masehi.
Candi ini terdiri dari teras-teras berundak yang menggambarkan sinkretisme antara kultur asli nusantara dengan Hinduisme. Pada bagian teras ketujuh, terdapat simbol phallus sepanjang 2 meter yang menggambarkan simbol penciptaan manusia.
Relief-relief di candi ini menggambarkan tokoh-tokoh seperti Sudamala dan Garudeya yang memiliki makna penting dalam kepercayaan Hindu. Nah, candi ini pertama kali ditemukan oleh Van de Vlies, seorang arkeolog dari Belanda, pada tahun 1842. Bayangin deh, udah lama banget, ya!
Lalu, penelitian lebih lanjut dilakukan oleh A.J. Bernet Kempers. Ekskavasi pertama kali untuk rekonstruksi dan penemuan objek terpendam dilakukan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada tahun 1928. Dari penelitian-penelitian tersebut, diketahui bahwa candi ini dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-15 Masehi.
Candi Cetho sendiri ditemukan dalam keadaan reruntuhan dengan 14 teras yang memanjang dari barat ke timur. Saat pertama kali ditemukan, banyak bagian candi yang tertutup lumut dan batuannya sudah mulai rusak. Namun, dengan berbagai usaha pemugaran, saat ini kita masih bisa melihat keindahan dan kemegahan Candi Cetho meskipun tidak dalam kondisi aslinya.
Struktur Candi Cetho
Sobat, candi ini memiliki struktur bertingkat atau yang sering disebut sebagai “punden berundak”. Awalnya, candi ini memiliki 14 teras, namun setelah pemugaran, sekarang tinggal 9 teras yang bisa kita lihat.
Di bagian depan candi, ada gapura besar berbentuk candi bentar dengan dua pasang arca penjaga. Masuk ke teras ketiga, kita akan menemukan halaman candi dan petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Ceto.
Di teras ketujuh, terdapat tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, Surya Majapahit, dan simbol phallus. Kura-kura di sini melambangkan penciptaan alam semesta, sementara phallus melambangkan penciptaan manusia.
Di teras kedelapan, kita bisa menemukan arca phallus (disebut “kuntobimo”) dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa. Pemujaan terhadap arca phallus ini melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah di bumi setempat.
Teras terakhir atau teras kesembilan adalah tempat pemanjatan doa, di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Selain itu, di bagian teratas kompleks Candi Cetho terdapat bangunan yang digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan, atau yang disebut sebagai patirtan.
Menuruni lereng di timur laut bangunan candi, terdapat kompleks bangunan candi yang kini dikenal sebagai Candi Kethek.
Daya Tarik Wisata Candi Cetho
Oke, Sobat Suka Fakta, setelah kita tahu tentang sejarah dan arsitektur Candi Cetho, sekarang saatnya kita bahas daya tarik wisata yang bikin tempat ini wajib masuk dalam daftar kunjungan kamu.
Candi Cetho nggak hanya menawarkan sejarah dan arsitektur yang keren, tapi juga pemandangan alam yang luar biasa dan suasana yang bikin kamu betah berlama-lama di sini.
1. Pemandangan Alam yang Menakjubkan
Sebagai candi tertinggi ketiga di Indonesia, Candi Cetho menawarkan pemandangan alam yang spektakuler. Berada di ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut, candi ini dikelilingi oleh pegunungan dan perkebunan teh yang hijau.
Udara di sini juga sejuk banget, cocok buat kamu yang pengen melepas penat dari hiruk pikuk kota. Banyak pengunjung yang datang ke sini untuk sekadar menikmati pemandangan, meditasi, atau hunting foto keren.
2. Spot Fotografi yang Instagramable
Buat kamu yang suka fotografi, Candi Cetho adalah surga tersembunyi. Banyak spot foto keren yang bisa kamu temukan di sini, mulai dari gapura besar yang mirip dengan Pura Lempuyangan di Bali, hingga patung-patung dan relief yang artistik.
Coba datang saat senja menjelang, ketika langit dihiasi semburat jingga dari matahari yang tenggelam, dan kamu akan mendapatkan foto dengan kesan magis.
3. Kuliner Khas Karanganyar
Setelah puas berkeliling candi, jangan lupa cicipi kuliner khas Karanganyar yang bisa kamu temukan di area parkir sekitar Candi Cetho. Ada banyak warung yang menjual makanan seperti sate kelinci, soto, dan aneka makanan lainnya yang bisa menghangatkan perut kamu setelah berkeliling candi.
Sobat, kuliner di sini nggak hanya enak, tapi juga bisa bikin kamu merasa lebih dekat dengan budaya lokal.
4. Wisata Terdekat yang Menarik
Selain Candi Cetho, ada beberapa destinasi wisata menarik lainnya yang bisa kamu kunjungi di sekitar sini. Misalnya, Candi Kethek yang berjarak hanya 300 meter dari Candi Cetho, dan Kebun Teh Kemuning yang menawarkan pemandangan hijau sejauh mata memandang.
Kalau kamu suka hiking, kamu bisa coba jalur pendakian ke Gunung Lawu yang melewati Candi Cetho. Jalur ini dikenal dengan cerita-cerita mistisnya, tapi juga menawarkan pengalaman mendaki yang seru.
Mitos Candi Cetho
Candi Cetho bukan cuma tempat wisata biasa, Sobat Suka Fakta. Di balik keindahannya, ada berbagai mitos dan kepercayaan yang bikin tempat ini makin menarik untuk dijelajahi.
1. Mitos Pasar Setan
Salah satu mitos terkenal yang sering dibicarakan adalah tentang Pasar Setan. Katanya, di jalur pendakian Gunung Lawu yang melewati Candi Cetho, para pendaki sering mendengar suara-suara keramaian seperti orang berjualan dan tawar-menawar di pasar.
Padahal, di sekitar tempat itu nggak ada pasar sama sekali, bahkan sangat sepi. Cerita ini membuat banyak pendaki penasaran dan merasa sedikit merinding saat melintasi jalur tersebut.
2. Mitos Keperawanan dan Keperjakaan
Ada juga mitos menarik tentang tangga piramida di Candi Cetho. Konon, jika seseorang masih perawan atau perjaka, dia bisa melewati tangga ini dengan lancar.
Tapi, kalau nggak, dia akan merasa kebelet buang air kecil sebelum sampai ke atas. Mitos ini belum terbukti kebenarannya, tapi banyak yang merasa penasaran dan ingin mencobanya sendiri.
3. Mitos Patung Sabdapalon dan Nayagenggong
Di teras ketujuh, kamu akan menemukan dua arca yang diyakini sebagai Sabdapalon dan Nayagenggong. Kedua tokoh ini dianggap sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang Prabu Brawijaya V. Banyak yang percaya kalau patung-patung ini memiliki kekuatan spiritual dan bisa memberikan perlindungan bagi yang memohon doa di depannya.
Rute dan Akses ke Candi Cetho
Sobat Suka Fakta, penasaran gimana caranya mencapai Candi Cetho? Jangan khawatir, kita juga akan kasih tahu rute dan aksesnya dari beberapa kota besar di Jawa Tengah. Yuk, simak baik-baik!
1. Rute dari Kota Yogyakarta
Kalau kamu berangkat dari Kota Yogyakarta, kamu bisa mengambil Jalan Raya Solo. Perjalanan ini menempuh jarak sekitar 108 kilometer dengan estimasi waktu tempuh sekitar tiga jam.
Pertama, ikuti Jl. Matahari dan Jl. Cempaka ke Jl. Affandi di Karang Gayam. Lalu, ambil Jl. Raya Solo – Yogyakarta, Jl. Yogya-Solo, dan Jl. Raya Solo – Yogyakarta hingga sampai di Jl. Keleng – Karanganyar.
Teruskan perjalanan ke Grogol dan ikuti Jl. Keleng – Karanganyar, Jl. Ciu Karangwuni, Jl. Keleng – Karanganyar, Palur – Karanganyar, Jl. Lawu, dan Jl. Karangpandan-Ngargoyoso hingga sampai di Jl. Trengguli. Terus ikuti jalan tersebut hingga tiba di Cetho.
2. Rute dari Kota Solo
Kalau kamu memulai perjalanan dari Kota Solo, kamu bisa mengambil Jalan Lawu. Perjalanan ini menempuh jarak sekitar 44 kilometer dengan estimasi waktu tempuh sekitar satu jam.
Pertama, ambil Jl. K.H Hasyim Ashari ke Jl. Slamet Riyadi. Setelah itu, ambil Jl. Ir. Juanda, Palur – Karanganyar, Jl. Lawu, dan Jl. Karangpandan-Ngargoyoso hingga sampai di Jl. Trengguli. Tetap ikuti jalan tersebut hingga kamu tiba di Cetho.
3. Tips Perjalanan dan Persiapan
Sebelum berangkat, pastikan kendaraan kamu dalam kondisi prima karena jalur menuju Candi Cetho cukup menanjak dan menantang. Jangan lupa bawa bekal dan air minum yang cukup, serta pakaian yang nyaman dan hangat karena udara di sekitar candi cukup sejuk.
Jika kamu berencana menginap, ada beberapa penginapan di sekitar area candi dengan harga yang terjangkau.
Kesimpulan
Sobat Suka Fakta, setelah kita mengupas tuntas tentang Candi Cetho, kita bisa lihat betapa kaya dan menakjubkannya situs ini. Candi Cetho bukan hanya sekadar tempat bersejarah, tapi juga sebuah destinasi yang menawarkan keindahan alam, pengalaman spiritual, dan cerita-cerita menarik yang membuat kita semakin penasaran untuk mengunjunginya.
Dari lokasi yang terletak di ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut, Candi Cetho menawarkan pemandangan yang luar biasa. Udara sejuk dan suasana tenang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin melepas penat.
Arsitektur candi yang bercorak Hindu dan dipengaruhi oleh konsep megalitik membuat kita seolah dibawa kembali ke masa Kerajaan Majapahit. Relief dan patung yang ada di candi ini juga memiliki nilai artistik dan spiritual yang tinggi.
Dengan segala keindahan dan cerita yang ada, Candi Cetho memang layak untuk masuk dalam daftar destinasi wisata kamu berikutnya. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera rencanakan perjalananmu ke Candi Cetho dan rasakan sendiri keindahan dan keunikan yang ditawarkannya!
REFERENSI:
- Pesona Karanganyar. (n.d.). Candi Cetho. Retrieved from https://pesonakaranganyar.karanganyarkab.go.id/destinasi/daya-tarik-wisata/candi-cetho
- Wikipedia. (n.d.). Candi Ceto. Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Ceto
- Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. (2022, March 23). Candi Cetho Karanganyar. Retrieved from https://perpus.jatengprov.go.id/berita/detail/candi-ceto-karanganyar
- Widya Lokawisata. (n.d.). Candi Cetho. Retrieved from https://widyalokawisata.com/candi-cetho/
- Niagatour. (n.d.). Sejarah Candi Cetho. Retrieved from https://niagatour.com/sejarah-candi-cetho/
SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.