Fakta Dunia

Sisi Gelap Penjara Perempuan, Menguak Hukum Rimba di Balik Jeruji Besi

118
×

Sisi Gelap Penjara Perempuan, Menguak Hukum Rimba di Balik Jeruji Besi

Sebarkan artikel ini
sisi gelap penjara perempuan
sisi gelap penjara perempuan dengan kehidupan yang miris. Sumber: IST

Halo, Sobat Suka Fakta! Siapa yang pernah terpikir untuk tahu lebih dalam tentang sisi gelap penjara perempuan? Mungkin nggak banyak dari kita yang mau tahu, karena biasanya penjara diibaratkan seperti tempat paling mengerikan yang sebisa mungkin dihindari. 

Sob, tapi kita perlu menambah wawasan mengenai bagaimana kehidupan di balik jeruji besi itu. Pasalnya, ternyata ada banyak kisah yang nggak pernah terbayangkan sebelumnya. Well, memahami realitas yang terjadi di penjara, terutama penjara perempuan, bisa membuka mata kita terhadap banyak hal yang sering kali luput dari perhatian.

Nah, di artikel ini kita akan kupas tuntas sisi gelap penjara perempuan dengan kehidupan yang miris. Kita akan mendengar langsung cerita dari seorang mantan napi, melihat bagaimana kondisi Lapas Kelas II Pondok Bambu yang terkenal dengan overcrowding-nya, serta membandingkan situasi ini dengan penjara wanita di negara lain, seperti Amerika Serikat.

Jadi, siapkan diri kamu ya, Sobat Suka Fakta. Mari kita mulai perjalanan kita untuk mengungkap sisi gelap penjara perempuan ini. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, pandangan kamu tentang penjara akan berubah!

Sisi Gelap Penjara Perempuan yang Mengenaskan

1. Kisah Nyata Kelam di Balik Jeruji Besi

penjara
Ilustrasi wanita di penjara. Sumber: IST

Sobat Suka Fakta, mari kita mulai dengan kisah nyata seorang mantan narapidana yang dikutip melalui TvOne. Arsita ditangkap saat sedang melakukan transaksi pembelian narkoba bersama selingkuhannya.

Begitu masuk penjara, Arsita mendapati bahwa kehidupan di balik jeruji besi jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan. Yup! Nggak ada lagi kehidupan normal seperti di luar sana. Arsita harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari bullying oleh sesama napi hingga tekanan mental yang luar biasa. 

Bahkan, suaminya yang juga pengguna narkoba, nggak pernah menjenguknya selama tiga tahun ia dipenjara. Justru, pacar atau selingkuhannya yang rutin menjenguk dan memenuhi kebutuhan hidup Arsita selama di penjara.

2. Ada Praktik Bullying terhadap Narapidana Baru

sisi gelap penjara perempuan
Ilustrasi wanita di penjara. Sumber: IST

Sobat Suka Fakta, masuk penjara bukan cuma tentang kehilangan kebebasan. Ada budaya ‘perploncoan’ yang harus dilalui oleh narapidana baru. Arsita bercerita bagaimana saat pertama kali masuk penjara, ia langsung disambut dengan intimidasi dan bullying dari sesama napi. 

Mereka sering ditanya dengan nada mengintimidasi, “Masuk sini karena apa?” dan berbagai pertanyaan lain yang sebenarnya hanya untuk menekan mental mereka. Bahkan, pemukulan dan kekerasan fisik juga menjadi hal biasa untuk narapidana baru. 

Nggak cuma dari sesama napi, bullying juga datang dari petugas penjara. Semua ini menambah beban mental yang sudah berat bagi mereka yang baru pertama kali merasakan kehidupan di balik jeruji besi.

3. Perlakuan Brutal Oknum Petugas Penjara untuk Menyambut Napi Baru

 petugas penjara
Ilustrasi petugas penjara. Sumber: IST

Mirisnya lagi adalah perlakuan dari petugas penjara. Dikutip dari PinterPolitik, petugas penjara tidak kalah brutal dalam memberikan ‘sambutan’ kepada napi baru. Mereka menunggu saat lengah atau melakukan kesalahan sedikit saja, lalu memulai “upacara” pemukulan atau memasukkan napi ke dalam ruang sempit yang pengap. Bisa kebayang kan, betapa stres dan depresi nya kondisi seperti ini?!

Hal ini nggak cuma berhenti di sana. Perlakuan kasar, intimidasi, bahkan pemerkosaan menjadi hal yang biasa dan dianggap normal di penjara. Arsita juga bercerita bahwa ia pernah dipaksa melayani napi pria di penjara laki-laki atas perintah sipir. Semua ini menunjukkan betapa lemahnya perlindungan hukum bagi narapidana perempuan di penjara.

4. Sulit Memenuhi Kebutuhan Hidup Sehari-Hari

penjara
Ilustrasi wanita yang dijenguk di penjara. Sumber: IST

Nah, Sobat Suka Fakta, kehidupan di penjara bukan cuma soal bertahan dari kekerasan. Ada kebutuhan jasmani dan rohani yang harus dipenuhi. Arsita bercerita bahwa suaminya nggak pernah datang menjenguknya selama tiga tahun di penjara. 

Sebaliknya, pacarnya yang rutin datang dan membantu memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk kebutuhan jasmani, seperti makanan tambahan atau obat-obatan, Arsita harus mengandalkan pacarnya yang membawakan saat kunjungan.

Mengejutkannya lagi, kebutuhan intim juga menjadi tantangan tersendiri. Arsita mengungkapkan bahwa hubungan intim di penjara dilakukan secara diam-diam, sering kali di tempat-tempat seperti kamar mandi. Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang sangat mendesak di lingkungan penjara yang penuh tekanan.

5. Napi Bisa Memegang HP secara Sembunyi-Sembunyi

Napi
Ilustrasi Napi yang sedang telfonan diam diam. Sumber: IST

Arsita memberi gambaran jelas bahwa napi di penjara perempuan bisa memegang HP secara diam-diam untuk menghubungi orang di luar dan meminta uang. Ini tentu saja dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena ada pengawas yang bisa menangkap mereka kapan saja. 

Arsita mengaku jika pacarnya menjadi sumber keuangan utama, yang juga kadang membawa narkoba saat berkunjung. Dengan cara ini, Arsita bisa sedikit memenuhi kebutuhan sehari-harinya di penjara. 

Tapi, semua ini dilakukan dengan risiko tinggi dan penuh tekanan, mengingat ketatnya pengawasan di penjara. Tentu saja, ini bukanlah solusi yang ideal, tetapi begitulah cara mereka bertahan.

6. Overcrowding di Lapas Kelas II Pondok Bambu

Lapas Kelas II Pondok Bambu
Potret Lapas Kelas II Pondok Bambu. Sumber: Dok. daulat.co

Sobat Suka Fakta, kondisi di Lapas Kelas II Pondok Bambu, Jakarta Timur, juga nggak kalah mengejutkan. Kapasitas penjara khusus wanita ini sebenarnya hanya untuk 619 orang, tapi kenyataannya, ada sekitar 1.024 narapidana yang menghuni. Overcrowding ini mencapai 150-300% dari kapasitas ideal. 

Bisa bayangin betapa penuhnya penjara ini? Kondisi ini jelas membuat kehidupan napi jadi semakin sulit dan penuh tekanan. Overcrowding juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental para narapidana. Mereka harus berbagi ruang yang sangat sempit, fasilitas yang terbatas, dan risiko penyakit menular yang tinggi. 

Semua ini menambah beban hidup mereka yang sudah berat. Kehidupan di penjara yang seharusnya menjadi tempat rehabilitasi justru berubah menjadi neraka yang menambah penderitaan.

7. Ada Fasilitas Kemewahan yang Bisa “Dibeli”, seperti Salon dan Karaoke

Fasilitas Kemewahan
Ilustrasi fasilitas salon di penjara. Sumber: Dok. satuharapan.com

Meskipun kondisi di dalam penjara sangat keras, tapi ternyata ada sedikit ‘kemewahan’ bagi mereka yang punya uang. Lapas Pondok Bambu menyediakan fasilitas kecantikan seperti salon, dan bahkan ruangan semi mewah dengan karaoke. Namun, semua fasilitas ini hanya bisa dinikmati oleh napi yang kaya dan bisa membayar sejumlah uang.

Yup! Hukum rimba berlaku di penjara. Siapa yang kuat dan kaya, dia yang berkuasa. Fasilitas mewah ini menambah kesenjangan antara napi kaya dan napi miskin. Mereka yang tidak punya uang harus bertahan dengan fasilitas yang minim dan kondisi yang keras, sementara napi kaya bisa menikmati sedikit kenyamanan di balik jeruji besi.

8. Hak Biologis Perempuan Sering Terabaikan

Sobat Suka Fakta, di penjara, narapidana perempuan seharusnya mendapatkan hak-hak mereka, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Hak biologis perempuan, seperti menstruasi, hamil, menyusui, atau merawat bayi, seharusnya dilindungi. 

Namun, kenyataannya jauh berbeda. Arsita mengungkap bahwa hak-hak ini sering kali terabaikan. Misalnya, untuk mendapatkan pembalut saja, mereka harus membayar dengan harga yang sangat mahal.

Selain itu, penyiksaan dan kekerasan menjadi hal yang biasa di penjara. Banyak napi perempuan yang mengalami kekerasan fisik dan mental tanpa bisa menuntut hak mereka. Sistem penjara yang korup dan manipulatif membuat mereka tidak berdaya untuk melawan atau menuntut keadilan.

9. Perlindungan Hukum Napi Perempuan di Indonesia Sangat Lemah 

Penjara perempuan
Ilustrasi Napi perempuan. Sumber: IST

Perlindungan hukum bagi napi perempuan di Indonesia sangat lemah. Budaya korupsi dan manipulasi politik di dalam penjara membuat para napi semakin sulit untuk mendapatkan hak-hak mereka. 

Banyak kasus di mana penyiksaan dilakukan oleh petugas penjara sendiri, yang seharusnya melindungi para napi. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya reformasi sistem penjara di Indonesia. 

Perlindungan hak asasi manusia harus ditegakkan, dan kondisi penjara harus diperbaiki agar sesuai dengan standar yang manusiawi. Napi, terutama perempuan, adalah manusia yang juga memiliki hak, dan mereka layak mendapatkan perlakuan yang adil dan bermartabat.

10. Kasus Penjara Perempuan Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Amerika serikat.
Ilustrasi peta negara amerika serikat. Sumber: IST

Sobat Suka Fakta, ternyata masalah di penjara perempuan nggak cuma terjadi di Indonesia. Di negara lain seperti Amerika Serikat, kondisi penjara wanitanya juga nggak kalah menyedihkan. Banyak laporan tentang perlakuan tidak pantas oleh sipir, pelecehan seksual, dan pemerkosaan. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah penjara perempuan adalah masalah global yang perlu perhatian serius. Di Amerika Serikat, keluarga para napi sering mengadu ke pihak berwenang tentang perlakuan buruk yang diterima oleh anggota keluarga mereka di penjara. 

Penggunaan senjata listrik oleh sipir juga diperbolehkan dengan alasan untuk melumpuhkan tahanan jika terjadi perkelahian. Ini menunjukkan betapa brutalnya kehidupan di penjara perempuan di negara yang seharusnya menjadi contoh dalam penegakan hak asasi manusia.

Untuk mengatasi masalah ini, reformasi sistem penjara menjadi sangat penting. Di Indonesia, perubahan harus dimulai dari penghormatan terhadap aturan hukum yang ada dan penegakan hak-hak asasi manusia. 

Departemen Kehakiman harus bertanggung jawab untuk memastikan kondisi penjara sesuai dengan standar yang manusiawi, bukan hanya memprioritaskan yang ‘berduit’. Reformasi juga harus mencakup pelatihan dan pengawasan yang ketat terhadap petugas penjara agar mereka menjalankan tugas dengan profesional dan berintegritas. 

Reformasi Sistem Dibutuhkan untuk Menciptakan Kondisi yang Manusiawi

penjara perempuan
Ilustrasi Napi perempuan. Sumber: IST

Sobat Suka Fakta, setelah mengetahui betapa mirisnya kondisi di penjara perempuan, kita pasti setuju bahwa reformasi sistem penjara sangat dibutuhkan. Reformasi ini bukan hanya tentang perbaikan fisik bangunan penjara, tetapi juga perubahan dalam cara penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia bagi para narapidana. 

Kondisi penjara yang manusiawi adalah hak setiap narapidana, tanpa terkecuali. Untuk memulai reformasi, langkah pertama yang harus diambil adalah menghormati dan menegakkan aturan hukum yang ada. 

Pemerintah dan pihak berwenang harus memastikan bahwa hak-hak narapidana perempuan terlindungi, seperti hak atas perawatan kesehatan yang layak, hak untuk tidak mengalami penyiksaan, dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum yang adil. Tanpa adanya penegakan hukum yang tegas, reformasi sistem penjara akan sulit tercapai.

Reformasi juga memerlukan perubahan budaya di dalam penjara. Budaya korupsi dan manipulasi yang selama ini terjadi harus dihilangkan. Petugas penjara harus menjalankan tugas mereka dengan profesionalisme dan integritas tinggi.  Hal ini bisa dimulai dengan memberikan pelatihan yang tepat dan pengawasan yang ketat terhadap para petugas penjara.

Reformasi juga harus mencakup penyediaan fasilitas yang memadai bagi narapidana perempuan. Misalnya, fasilitas kesehatan yang baik, ruang tahanan yang layak, dan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan dan pakaian. Dengan adanya fasilitas yang memadai, narapidana perempuan bisa menjalani hukuman dengan lebih manusiawi dan memiliki kesempatan rehabilitasi yang lebih baik.

Kesimpulan

Sobat Suka Fakta, memahami sisi gelap dalam penjara perempuan memberikan kita gambaran betapa beratnya kehidupan di balik jeruji besi. Kisah Arsita dan kondisi di Lapas Kelas II Pondok Bambu menunjukkan bahwa narapidana perempuan menghadapi banyak tantangan, mulai dari kekerasan fisik dan mental hingga pelanggaran hak asasi manusia.

Reformasi sistem penjara menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa hak-hak narapidana perempuan terlindungi dan mereka bisa menjalani hukuman dengan lebih manusiawi.

Semoga artikel ini membuka mata kita semua tentang pentingnya memperhatikan kondisi penjara perempuan dan mendorong perubahan yang lebih baik di masa depan. Terima kasih telah mengikuti artikel ini sampai selesai. Tetaplah kritis dan peduli terhadap isu-isu sosial di sekitar kita. Sampai jumpa di artikel berikutnya, Sobat Suka Fakta!

REFERENSI

  • “Mantan Napi Wanita Ini Berani Bongkar Sisi Gelap Kehidupan di Dalam Penjara Perempuan yang Tak Terduga Ternyata.” TV One News. Diakses dari https://www.tvonenews.com/lifestyle/trend/193512-mantan-napi-wanita-ini-berani-bongkar-sisi-gelap-kehidupan-di-dalam-penjara-perempuan-yang-tak-terduga-ternyata?page=5
  • “Hukum Rimba Tahanan Wanita.” Pinter Politik. Diakses dari https://www.pinterpolitik.com/in-depth/hukum-rimba-tahanan-wanita/
Sukafakta

SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *