Fakta Unik

Sisi Gelap Manusia Silver, Mengorbankan Kesehatan demi Pundi-Pundi Uang

27
×

Sisi Gelap Manusia Silver, Mengorbankan Kesehatan demi Pundi-Pundi Uang

Sebarkan artikel ini
sisi gelap manusia silver
Sisi Gelap Manusia Silver, Mengorbankan Kesehatan demi Pundi-Pundi Uang. Sumber: IST

Halo, Sobat Suka Fakta! Setelah sebelumnya kita bahas soal sisi gelap caddy girl, kali ini kita bakal ngobrolin fenomena yang lagi marak, yaitu manusia silver. Fenomena ini memang menarik perhatian, tapi di balik kilauan cat silver itu ternyata ada sisi gelap yang jarang diketahui banyak orang.

Nah, di artikel ini kita akan kupas tuntas sisi gelap manusia silver dan bahaya yang menyelimutinya. Gak cuma itu, kita juga akan mengulas alasan orang-orang yang memilih profesi seperti itu. Yuk, simak terus karena kita akan bahas semua poin tersebut secara mendalam.

Awalnya Muncul di Bandung dan Mulai Disorot pada 2013

Manusia Silver.
Potret Manusia Silver. Sumber: Dok. riauonline.com

Jadi, budaya ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tapi mulai ramai disorot pada tahun 2013. Awalnya, manusia silver muncul di Bandung, Jawa Barat, sebagai upaya untuk menarik perhatian dan mendapatkan uang di jalanan. Seiring waktu, tren ini menyebar ke kota-kota lain di Indonesia, termasuk Jabodetabek. 

Namun, fenomena manusia silver ini baru benar-benar meledak sejak pandemi COVID-19. Saat itu banyak orang kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan, sehingga terpaksa mencari cara baru untuk bertahan hidup. Nah, salah satu cara yang dipilih adalah menjadi manusia silver.

Tren ini bukan hanya sekadar mencari uang, tapi juga mencerminkan kreativitas dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi situasi sulit. Namun, di balik itu semua, ada banyak risiko dan bahaya yang mengintai. 

Kisah Nyata Yogi yang Berprofesi sebagai Manusia Silver

Salah satu contoh nyata dari fenomena manusia silver adalah Muhammad Yogi, seorang pria asal Jakarta yang terpaksa beralih profesi setelah pandemi menghantam penghasilannya. 

Yogi, yang berusia 26 tahun, dulunya bekerja sebagai kenek dan sopir angkutan umum. Namun, pandemi membuat mata pencahariannya terhenti, dan dia harus mencari cara lain untuk mencukupi nafkah istri dan satu anaknya. 

Pilihannya pun jatuh pada menjadi manusia silver, meskipun dia sadar bahwa mengecat tubuh dengan cat chrome bisa membahayakan kesehatannya dalam jangka panjang. Dalam sehari, Yogi bisa mendapatkan sekitar Rp200 ribu.

Ini memang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi risiko kesehatan yang harus dia hadapi sangat besar. Yogi mengakui bahwa pada awalnya, mengecat tubuh dengan cat chrome sangat menyakitkan. Namun, dengan keterbatasan pilihan pekerjaan yang ada, dia merasa tidak punya banyak pilihan lain untuk bertahan hidup.

Kisah Yogi adalah gambaran dari banyak orang yang berada dalam situasi serupa. Mereka melakukan pekerjaan ini bukan karena keinginan, tetapi karena kebutuhan. Banyak dari mereka yang sadar akan risiko yang dihadapi, namun keadaan ekonomi memaksa mereka untuk tetap melakukannya. 

Manusia Silver: Bentuk Kreativitas atau Penyakit Masyarakat?

sisi gelap manusia silver
Potret Manusia Silver. Sumber: Dok. Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina

Sobat Suka Fakta, pandangan masyarakat tentang manusia silver bisa sangat beragam. Beberapa orang melihat manusia silver sebagai bentuk kreativitas dan ketahanan hidup, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan yang meresahkan.

Di sisi pemerintah, pandangan juga berbeda-beda di setiap daerah. Di DKI Jakarta, misalnya, Satpol PP melihat manusia silver sebagai bentuk seni karena kreativitas mereka dalam mengecat tubuh untuk menarik perhatian. Mereka tidak dianggap sebagai Penyakit Masyarakat (PMKS) yang harus ditertibkan. 

Sebaliknya, di daerah lain seperti Medan, Palembang, dan Banyumas, manusia silver seringkali digelandang oleh Satpol PP dan dianggap meresahkan masyarakat. Pandangan yang berbeda ini menunjukkan betapa kompleksnya fenomena manusia silver di Indonesia.

Perbedaan pandangan ini membuat penanganan fenomena manusia silver menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, mereka adalah individu yang mencoba bertahan hidup dengan cara yang kreatif, namun di sisi lain, kehadiran mereka di jalanan bisa menimbulkan masalah sosial. 

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk menemukan cara yang tepat dalam menangani fenomena ini, yang tidak hanya menghukum, tetapi juga memberikan solusi jangka panjang yang lebih manusiawi.

Ada Ragam Atraksi demi Mendapat Uang

Manusia Silver.
Potret Manusia Silver. Sumber: Dok. tribunbatam.id/Yeni Hartati

Manusia silver biasanya melumuri tubuh dengan cat silver yang dicampur dengan sedikit minyak agar mengkilap. Nantinya, dengan tubuh yang mengkilap itu, mereka berdiri atau berpose di tempat-tempat ramai seperti perempatan jalan, trotoar, atau area publik lainnya. Tujuannya jelas, yaitu menarik perhatian orang yang lewat dan mendapatkan uang.

Atraksi yang dilakukan manusia silver cukup beragam. Ada yang hanya berdiam diri seperti patung di atas trotoar, sementara yang lain menyanyi, memainkan alat musik, atau bahkan bersujud ketika diberi uang. 

Beberapa dari mereka juga membawa kardus untuk menampung uang pemberian orang-orang. Kreativitas dan kemampuan mereka dalam menarik perhatian sangat beragam, dan ini menunjukkan bahwa mereka siap melakukan apa saja demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup.

Menariknya, fenomena manusia silver tidak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak kecil. Anak-anak ini sering diajak oleh orang dewasa untuk ikut serta dalam aksi ini, dengan harapan akan mendapatkan lebih banyak belas kasihan dari orang-orang yang melihat, menambah dimensi baru dari permasalahan sosial yang dihadapi. 

Cat pada Tubuh Manusia Silver Sangat Berbahaya bagi Kesehatan

 manusia silver
Potret manusia silver mengecat tubuhnya. Sumber: Dok. jawapos.com

Sobat Suka Fakta, tahukah kalian bahwa cat yang digunakan oleh manusia silver ternyata membawa risiko kesehatan yang serius? Yup! Cat yang mereka gunakan mengandung berbagai senyawa kimia berbahaya seperti vinyl chloride, plastisol, dan timbal (Pb). 

Bahan-bahan ini tidak seharusnya bersentuhan dengan kulit manusia, apalagi dilumuri secara keseluruhan di tubuh. Dampak jangka panjang dari penggunaan cat ini pun sangat mengkhawatirkan. 

Cat silver dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital seperti ginjal, infeksi mata, dan bahkan kanker kulit. Vinyl chloride dan plastisol adalah senyawa yang bersifat karsinogenik, yang berarti dapat memicu perkembangan kanker. 

Timbal (Pb) sendiri dapat mempengaruhi hampir setiap sistem dalam tubuh, termasuk sistem saraf, sistem reproduksi, dan sistem endokrin. Akumulasi timbal di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.

Penelitian oleh FMIPA UGM menemukan bahwa cat silver yang digunakan oleh manusia silver mengandung unsur-unsur berbahaya seperti Hg (merkuri) dan Cr (kromium) dalam skala part per million (ppm). 

Meskipun kandungan perak (Ag) dalam cat ini sangat kecil, yaitu sekitar 0,18%, keberadaan logam berat lainnya yang berbahaya menunjukkan bahwa penggunaan cat ini sangat berisiko. 

Membawa Dampak Negatif bagi Lingkungan

Sobat Suka Fakta, penggunaan cat silver juga membawa dampak negatif bagi lingkungan. Pembilasan cat dari tubuh manusia silver dapat mencemari badan air dan sumber air yang dikonsumsi masyarakat. 

Bahan kimia berbahaya dalam cat silver, seperti timbal (Pb) dan merkuri (Hg), bisa masuk ke dalam air dan menyebabkan pencemaran yang serius. Ketika bahan kimia ini masuk ke dalam ekosistem air, mereka dapat membahayakan kehidupan akuatik dan manusia yang mengandalkan sumber air tersebut. 

Logam berat seperti timbal dan merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh ikan dan organisme lain, yang kemudian dapat masuk ke rantai makanan dan berdampak pada kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Pencemaran air ini menjadi masalah jangka panjang yang sulit untuk diatasi.

Selain itu, penggunaan cat yang tidak ramah lingkungan ini juga menunjukkan kurangnya kesadaran dan edukasi tentang bahaya bahan kimia beracun. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari dampak lingkungan dari fenomena manusia silver dan mencari cara untuk mengurangi risiko ini.

Upaya Sosialisasi dan Edukasi yang Dilakukan UGM

Dosen FMIPA UGM
Potret Dosen FMIPA UGM. Sumber: Dok. ugm.ac.id

Beberapa pihak telah melakukan upaya sosialisasi dan edukasi, mengingat bahaya yang bisa ditimbulkan dari fenomena manusia silver. Salah satunya adalah dosen FMIPA UGM yang melakukan penelitian dan sosialisasi tentang bahaya cat silver. Kegiatan ini dilakukan karena semakin meningkatnya jumlah manusia silver di persimpangan jalan Yogyakarta.

Dari hasil analisis menggunakan instrumen XRF (X-Ray Fluorescence), ditemukan bahwa cat silver mengandung unsur-unsur berbahaya seperti Al, Cl, K, Hg (merkuri), dan Cr (kromium). 

Menyadari risiko ini, tim pengabdian FMIPA UGM yang melibatkan mahasiswa mencoba mendekati para pelaku manusia silver untuk memberikan edukasi. Mereka menjelaskan tentang bahaya bahan kimia bagi kesehatan dan lingkungan, serta memberikan cara alternatif mencari nafkah yang lebih aman.

Sosialisasi ini penting untuk meningkatkan kesadaran para manusia silver akan risiko yang mereka hadapi. Melalui edukasi yang terus menerus, diharapkan mereka bisa mencari alternatif pekerjaan yang tidak membahayakan kesehatan. 

Selain itu, sosialisasi ini juga bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan cat silver. Berikutnya, kita akan membahas beberapa solusi dan alternatif yang bisa diambil oleh para manusia silver untuk memperbaiki kehidupan mereka.

Solusi Mengatasi Fenomena Manusia Silver

Menjahit
Potret pelatihan keterampilan menjahit. Sumber: Dok. pryakkum.org

Sobat Suka Fakta, untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh manusia silver, diperlukan solusi dan alternatif yang dapat membantu mereka keluar dari situasi sulit ini. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan menyediakan alternatif pekerjaan yang lebih aman dan berkelanjutan. 

Program pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi bisa menjadi langkah awal untuk membantu mereka mendapatkan penghasilan tanpa harus mempertaruhkan kesehatan.

Program pemerintah dan organisasi non-profit juga dapat berperan dalam menyediakan pelatihan keterampilan dan bantuan finansial bagi manusia silver. Misalnya, program pelatihan keterampilan seperti menjahit, memasak, atau keterampilan teknis lainnya yang dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil. 

Selain itu, bantuan modal usaha kecil juga bisa menjadi solusi untuk membantu mereka memulai bisnis kecil yang berkelanjutan. Pentingnya edukasi juga tidak bisa diabaikan. Melalui edukasi yang tepat, manusia silver dapat memahami risiko yang mereka hadapi dan mencari cara untuk menghindarinya. 

Edukasi ini bisa dilakukan melalui kampanye kesadaran, penyuluhan di komunitas, dan kolaborasi dengan lembaga pendidikan. Dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membantu manusia silver menemukan jalan keluar dari situasi sulit mereka dan memperbaiki kualitas hidup mereka.

Kesimpulan

Sobat Suka Fakta, melalui artikel ini kita telah melihat sisi gelap manusia silver dan bahaya yang menyelimutinya. Fenomena manusia silver memang kompleks dan memerlukan perhatian kita semua. Namun, dengan kesadaran, edukasi, dan dukungan yang tepat, kita bisa membantu mereka keluar dari situasi sulit ini. 

Jadi, mari kita bersama-sama menciptakan perubahan positif dan memberikan kesempatan bagi manusia silver untuk hidup lebih sehat dan bermartabat. Terima kasih telah mengikuti artikel ini, Sobat Suka Fakta. Semoga informasi yang disampaikan bisa bermanfaat dan menginspirasi kita semua untuk bertindak lebih baik.

REFERENSI

  • Hastanto, I. (2020, September 7). Manusia Silver Jadi Musuh Baru Dinsos dan Satpol PP Berbagai Kota di Indonesia. VICE. Diakses dari https://www.vice.com/id/article/xgxqy3/dokumenter-vice-angkat-profil-manusia-silver-yang-jadi-problem-sosial-di-indonesia-selama-pandemi.
  • Moreta, S. B. (2021). Maraknya Manusia Silver yang Mengecat Tubuh, Apa Bahaya yang Menghantuinya? Kumparan. Diakses dari https://kumparan.com/salsa-bila-moreta/maraknya-manusia-silver-yang-mengecat-tubuh-apa-bahaya-yang-menghantui-nya-21e4fh1BmLM/4.
  • Universitas Gadjah Mada. (2021). Dosen FMIPA UGM Sosialisasikan Bahaya Cairan Manusia Silver. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/dosen-fmipa-ugm-sosialisasikan-bahaya-cairan-manusia-silver
Sukafakta

SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *