Fakta Dunia

Mengenal Tradisi Bakar Tongkang, Sejarah dan Makna yang Mendalam Bagi Masyarakat Tionghoa

65
×

Mengenal Tradisi Bakar Tongkang, Sejarah dan Makna yang Mendalam Bagi Masyarakat Tionghoa

Sebarkan artikel ini
Mengenal Tradisi Bakar Tongkang, Sejarah dan Makna yang Mendalam Bagi Masyarakat Tionghoa. Sumber: hypeabis.id

Halo, Sobat Suka Fakta! Pernah dengar tentang tradisi bakar tongkang? Nah, buat kalian yang suka dengan hal-hal unik dan budaya, tradisi ini pasti menarik banget. Tradisi bakar tongkang adalah ritual adat Tionghoa yang sudah mendarah daging di masyarakat Bagansiapiapi, kota kecil di Kabupaten Rokan Hilir, Riau. 

Tradisi bakar tongkang bukan hanya tradisi, Sob. Pasalnya, setiap tahun, ribuan orang dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, bahkan China Daratan datang untuk melihat langsung ritual ini. Keren, kan?!

Nah, dalam artikel ini, kita bakal bahas bagaimana tradisi ini dimulai, kenapa tradisi ini penting banget buat masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi, dan gimana ritual ini dilakukan. Plus, kita juga akan lihat bagaimana tradisi ini berdampak pada perekonomian dan pariwisata lokal.

Jadi, tetap di sini, Sobat Suka Fakta! Kita akan mulai perjalanan seru mengenal lebih dekat tradisi bakar tongkang yang penuh makna dan sejarah. Siap-siap untuk menyelam lebih dalam ke kekayaan budaya Indonesia yang satu ini!

Baca Juga : Sejarah, Makna Hingga Keunikan Tradisi Karapan Sapi Madura, Perlombaan Pacuan Sapi yang Diadakan Setiap Tahun

Tradisi ini Bermula dari Perjalanan Masyarakat Tionghoa ke Bagansiapiapi yang Alami Kebingungan Arah di Tengah Laut

kapal yang ada di laut
Potret kapal yang ada di laut. Sumber: IST

Oke, Sobat Suka Fakta! Sekarang kita masuk ke bagian yang paling mendasar, yaitu sejarah tradisi bakar tongkang. Jadi, semuanya bermula dari perjalanan masyarakat Tionghoa yang merantau dari Provinsi Fujian di China ke Bagansiapiapi pada tahun 1820. Mereka datang dengan kapal kayu sederhana namun penuh harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Waktu itu, mereka mengalami kebingungan arah di tengah laut. Dalam keputusasaan, konon mereka berdoa kepada Dewa Kie Ong Ya untuk mendapatkan petunjuk. 

Ajaibnya, di tengah malam mereka melihat cahaya samar yang ternyata adalah kunang-kunang di atas bagan (tempat penampungan ikan). Cahaya ini lah yang kemudian menuntun mereka ke daratan yang sekarang dikenal sebagai Bagansiapiapi.

Para perantau ini terdiri dari 18 orang dengan marga Ang. Begitu mereka menginjakkan kaki di daratan, mereka mulai menangkap ikan untuk kebutuhan hidup. 

Nah, sebagai tanda terima kasih kepada Dewa Kie Ong Ya, mereka memutuskan untuk membakar tongkang yang mereka tumpangi sebagai sesajen. Inilah awal mula dari tradisi bakar tongkang.

Tradisi ini Adalah Simbol Untuk Masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi Tidak Kembali Lagi ke China

Tradisi Bakar Tongkang
Potret Tradisi Bakar Tongkang. Sumber: brilio.net

Lanjut, Sobat Suka Fakta! Mari kita bahas tentang makna dan simbolisme di balik tradisi bakar tongkang ini. Jadi, tradisi ini bukan sekadar membakar kapal. Ada makna mendalam di balik setiap prosesi yang dilakukan.

Sob, tradisi bakar tongkang adalah simbol bahwa masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi tidak akan kembali lagi ke tanah leluhur mereka di China. Melalui ritual ini, mereka berjanji untuk menetap dan mengembangkan diri di kota yang dikenal dengan julukan “Hong Kong van Andalas” itu. 

Janji masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi itu juga menunjukkan tekad mereka untuk berkontribusi dan membangun kehidupan yang lebih baik di tanah yang baru.

Ritual Bakar Tongkak ini dikenal juga dengan nama “Go Gek Cap Lak” dalam bahasa Hokkien, yang berarti tanggal 16 bulan kelima dalam penanggalan lunar. Setiap tahun pada tanggal ini, masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi mengadakan ritual bakar tongkang sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur mereka.

Baca Juga : Mengenal Waruga, Tradisi Pemakaman Suku Minahasa yang Super Unik dan Memiliki Sejarah

Proses dan Ritual Bakar Tongkang, Ibadah di Kelenteng Ing Hok Kiong Hingga Penentuan Posisi Haluan Tongkang

Proses dan Ritual Bakar Tongkang,
Potret kapal terbakar. Sumber: Antonius Chandra/bagansiapiapi.net

Sekarang kita masuk ke bagian yang paling seru, yaitu proses dan ritual bakar tongkang itu sendiri. Yuk, Sobat Suka Fakta, kita lihat langkah-langkahnya!

  1. Sembahyang di Kelenteng Ing Hok Kiong: Ritual bakar tongkang dimulai dengan sembahyang di Kelenteng Ing Hok Kiong, kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar, Bagansiapiapi. Di sini, masyarakat berdoa dan memohon berkah dari Dewa Kie Ong Ya.
  2. Arak-arakan ke Tempat Pembakaran: Setelah sembahyang, ada arak-arakan yang membawa replika tongkang ke tempat pembakaran. Arak-arakan ini biasanya sangat meriah dan diikuti oleh banyak orang.
  3. Penentuan Posisi Haluan Tongkang: Posisi haluan tongkang ditentukan sesuai dengan petunjuk dari Dewa Kie Ong Ya. Ini penting karena menentukan arah pembakaran yang dianggap membawa keberuntungan.
  4. Prosesi Pembakaran Tongkang: Setelah posisi ditentukan, tongkang diletakkan di lokasi pembakaran. Kertas sembahyang ditimbun di dekat lambung kapal yang siap dibakar. Pada saat yang sama, berbagai kelenteng di Bagansiapiapi juga melakukan upacara pemanggilan roh. Uniknya, ada orang-orang yang bersedia menjadi medium untuk dirasuki roh dalam ritual ini.

Sob, prosesi ini tidak hanya menjadi atraksi yang menarik, tetapi juga sarat makna spiritual dan budaya. Tradisi bakar tongkang menjadi pengingat akan perjuangan dan tekad para leluhur, sekaligus sebagai ungkapan syukur dan doa untuk keberhasilan di masa depan.

Jadi, Sobat Suka Fakta, itulah rangkaian sejarah, makna, dan proses dari tradisi bakar tongkang. Selanjutnya, kita akan lihat bagaimana tradisi ini berdampak pada perekonomian dan pariwisata lokal. Tetap di sini, ya!

Tradisi ini Juga Sekaligus Sebagai Ritual Pemanggilan Roh Leluhur Mereka

Perahu yang dibakar
Potret perahu yang dibakar. Sumber: bpkpenabur.or.id

Sobat Suka Fakta, sekarang mari kita bahas tentang upacara pemanggilan roh yang juga menjadi bagian menarik dari tradisi bakar tongkang. Jadi, selama ritual ini berlangsung, berbagai kelenteng di Bagansiapiapi melakukan upacara pemanggilan roh. Jangan khawatir, ini bukan sesuatu yang menakutkan, kok. Bahkan, ini adalah bagian yang sangat penting dari keseluruhan ritual.

Biasanya, akan ada orang yang bersedia menjadi medium. Mereka ini adalah orang-orang yang akan dirasuki roh dalam upacara pemanggilan ini. Prosesnya melibatkan doa dan meditasi yang mendalam, di mana roh leluhur atau dewa bisa memasuki tubuh medium tersebut. Para medium ini kemudian memberikan berkat dan nasihat kepada orang-orang yang hadir.

Meski terdengar menyeramkan, bagian ini sangat spiritual dan penuh dengan rasa hormat kepada leluhur dan dewa, Sob. Menurut kepercayaan, roh-roh ini memberikan petunjuk dan perlindungan bagi masyarakat Bagansiapiapi.

Baca Juga : Mengenal Tradisi Tatung di Kalimantan Barat, Tradisi Ekstrem dengan Cara Menusuk Tubuh Pakai Benda Tajam

Tidak Hanya Penting untuk Budaya dan Spiritual, Tradisi ini Juga Sangat Berdampak Besar pada Perekonomian

Perahu yang dibakar
Potret perahu yang dibakar. Sumber: triptrus.com

Lanjut lagi, Sobat Suka Fakta! Tradisi bakar tongkang ternyata tidak hanya penting secara budaya dan spiritual, tetapi juga punya dampak besar pada perekonomian dan pariwisata lokal. 

Bayangin, setiap tahun ribuan orang dari dalam dan luar negeri datang untuk menyaksikan acara ini. Untuk melihat bagaimana dampak dari tradisi bakar tongkang, yuk, simak ulasannya di bawah ini!

  1. Peningkatan Pariwisata: Dengan banyaknya pengunjung yang datang, hotel-hotel, restoran, dan berbagai usaha lokal di Bagansiapiapi pun ikut merasakan keuntungan. Nah, makanya pariwisata jadi salah satu sektor yang sangat diuntungkan dengan adanya festival ini, Sob.
  2. Peningkatan Ekonomi Lokal: Selain pariwisata, berbagai usaha kecil seperti penjual makanan, souvenir, dan barang-barang lain juga meraup keuntungan. Ya, festival ini memberikan peluang besar bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan pendapatan mereka.
  3. Promosi Budaya: Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir juga gencar mempromosikan festival ini sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya lokal ke kancah internasional. Dengan begitu, tradisi bakar tongkang tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga dikenal luas di dunia.

Pada Masa Orde Baru, Tradisi Bakar Tongkang Sempat Dilarang Selama 10 Tahun

Laranga tradisi bakar tongkang.
Laranga tradisi bakar tongkang. Sumber: travelingyuk com

Nah, Sobat Suka Fakta, ternyata tradisi bakar tongkang ini pernah mengalami masa-masa sulit juga, lho. Pada masa Orde Baru, tradisi ini sempat dilarang. Bayangin aja, selama puluhan tahun, masyarakat Bagansiapiapi tidak bisa melakukan ritual ini secara terbuka.

Namun, sejak era kepemimpinan Presiden Gus Dur, larangan ini dihapuskan. Gus Dur memang dikenal sebagai sosok yang sangat menghargai keberagaman budaya dan agama. Berkat kebijakan beliau, tradisi bakar tongkang bisa kembali dilaksanakan dan dirayakan dengan meriah setiap tahunnya.

Meski begitu, tantangan lain datang saat pandemi Covid-19 melanda. Pada tahun 2021, festival ini kembali ditiadakan untuk menghindari kerumunan yang bisa menyebarkan virus. 

Kendati demikian, Bupati Rohil, Afrizal Sintong, bersama pemerintah setempat tetap memberikan dukungan dan berharap tradisi ini bisa kembali dilaksanakan setelah pandemi berakhir.

Chandra, salah satu tokoh masyarakat Tionghoa, juga mengungkapkan harapannya agar pandemi segera berlalu dan mereka bisa kembali merayakan tradisi bakar tongkang seperti biasanya. Hingga saat itu tiba, ritual bakar tongkang tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Bagansiapiapi. 

Itulah Sobat Suka Fakta, sedikit tentang upacara pemanggilan roh, dampak ekonomi dan pariwisata, serta larangan dan kebijakan yang pernah dihadapi tradisi bakar tongkang. Tetap di sini, ya, karena kita akan lanjut ke bagian penting lainnya, termasuk kisah para perantau Tionghoa dan perkembangan Bagansiapiapi.

Baca Juga : Mengenal Tradisi Gigi Runcing dari Suku Mentawai, Hanya Dilakukan oleh Para Wanita

Kelenteng Ing Hok Kiong, Tempat yang Sangat Berperan Penting Dalam Tradisi Bakar Tongkang

Kelenteng Ing Hok Kiong
Potret Kelenteng Ing Hok Kiong. Sumber: wikimedia.org

Sobat Suka Fakta, sekarang kita masuk ke bagian yang gak kalah menarik, yaitu Kelenteng Ing Hok Kiong. Kelenteng ini adalah tempat yang sangat penting dalam tradisi bakar tongkang. Dibangun sejak lama, Kelenteng Ing Hok Kiong adalah kelenteng tertua di kawasan Pekong Besar, Bagansiapiapi.

Kelenteng ini bukan hanya tempat sembahyang biasa, lho. Di sini terdapat patung Dewa Kie Ong Ya yang dipercaya sebagai dewa laut dan pelindung masyarakat Tionghoa. 

Uniknya, patung ini adalah patung asli yang dibawa oleh para perantau pertama kali saat mereka tiba di Bagansiapiapi. Jadi, kelenteng ini punya nilai sejarah yang sangat tinggi dan menjadi pusat dari semua kegiatan ritual bakar tongkang.

Setiap tahun, sebelum prosesi bakar tongkang dimulai, masyarakat Tionghoa berkumpul di kelenteng ini untuk sembahyang dan memohon berkah. Jadi, gak heran kalau kelenteng ini selalu ramai dan penuh dengan pengunjung yang datang untuk berdoa dan merasakan atmosfer spiritual yang kuat.

Kisah Para Perantau Tionghoa, Datang dengan Kapal Kayu Sederhana dan Disambut Oleh Cahaya Kunang-Kunang

Perahu di malam hari
Ilustrasi perahu di malam hari. Sumber: IST

Sekarang, kita lanjut ke kisah menarik tentang para perantau Tionghoa pertama yang datang ke Bagansiapiapi. Sobat Suka Fakta, kalian tahu gak sih kalau para perantau ini berjumlah 18 orang? Mereka semuanya bermarga Ang, dan nama-nama mereka seperti Ang Nie Kie, Ang Se Guan, dan lain-lain, masih diingat hingga sekarang.

Para perantau ini datang dengan kapal kayu sederhana dan tiba di Bagansiapiapi pada tanggal 16 bulan kelima dalam penanggalan Imlek. Mereka disambut oleh cahaya kunang-kunang di atas bagan, yang kemudian memberi nama tempat ini menjadi Bagansiapiapi.

Mereka mulai bertahan hidup dengan menangkap ikan di laut yang kaya. Keahlian mereka dalam menangkap ikan membuat Bagansiapiapi berkembang pesat sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di dunia. Selain itu, para perantau ini juga dikenal sebagai pekerja keras yang terus mengembangkan diri dan komunitas mereka di tanah baru ini.

Baca Juga : Mengenal Tradisi Kebo-keboan, Berdandan dan Berperilaku Seperti Kerbau

Bagansiapiapi Semakin Berkembang, Kota ini Dikenal Sebagai Penghasil Ikan Laut Terbesar Kedua di Dunia

Daerah Bagansiapiapi.
Potret daerah Bagansiapiapi. Sumber: riau86.com

Sobat Suka Fakta, selanjutnya mari kita lihat bagaimana Bagansiapiapi berkembang dari waktu ke waktu. Awalnya, kota ini dikenal sebagai penghasil ikan laut terbesar kedua di dunia setelah Norwegia, di mana hasil laut dari Bagansiapiapi diekspor ke berbagai benua, menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan yang sibuk.

Tidak hanya hasil laut, Bagansiapiapi juga dikenal dengan produksi karet alamnya. Pada masa Perang Dunia I dan II, karet dari Bagansiapiapi sangat terkenal dan banyak digunakan untuk kebutuhan peralatan perang. Pengolahan karet dilakukan sendiri oleh masyarakat setempat di berbagai pabrik karet yang ada di sana.

Seiring berjalannya waktu, Bagansiapiapi terus berkembang menjadi kota yang maju. Perdagangan di Selat Malaka semakin ramai, sehingga Belanda pun tertarik untuk membangun pelabuhan canggih, dan menjadikannya sebagai salah satu basis kekuatan laut Belanda di kawasan tersebut.

Namun, setelah Perang Dunia II berakhir, permintaan akan karet menurun dan beberapa pabrik karet tutup. Meski begitu, semangat dan tekad masyarakat Bagansiapiapi tetap kuat. Mereka terus berinovasi dan mencari cara baru untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Jadi, itulah Sobat Suka Fakta, kisah tentang kelenteng Ing Hok Kiong, para perantau Tionghoa pertama, dan perkembangan Bagansiapiapi. Selanjutnya, kita akan bahas tentang bagaimana tradisi bakar tongkang dilestarikan dan didukung oleh pemerintah setempat. Tetap di sini, ya!

Pemerintah dan Masyarakat Telah Bekerja Sama untuk Melestarikan Tradisi Bakar Tongkang

Sobat Suka Fakta, sekarang kita akan bahas tentang bagaimana tradisi bakar tongkang ini dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah setempat. Setelah masa-masa sulit di era Orde Baru, di mana tradisi ini dilarang, masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi tetap berusaha menjaga dan melestarikan tradisi mereka.

Kemudian sejak era kepemimpinan Gus Dur yang menghapuskan larangan terhadap berbagai tradisi budaya, tradisi bakar tongkang kembali diselenggarakan dengan meriah setiap tahunnya. 

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir juga turut serta mempromosikan acara ini sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya lokal ke kancah internasional.

Alhasil, setiap tahun, festival bakar tongkang masuk dalam kalender visit Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat setempat untuk terus melestarikan dan merayakan tradisi ini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat lokal dan wisatawan, membuat tradisi ini tetap hidup dan berkembang.

Baca Juga : Mengenal Tradisi Potong Jari Papua, Sebagai Tanda Kesedihan Jika Ada Keluarga yang Meninggal

Kesimpulan

Nah, Sobat Suka Fakta, kita sudah mengupas tuntas tentang tradisi bakar tongkang. Mulai dari sejarahnya yang kaya akan makna, prosesi ritual yang penuh dengan simbolisme, hingga dampaknya terhadap ekonomi dan pariwisata lokal. Tradisi ini bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas dan budaya masyarakat Tionghoa di Bagansiapiapi.

Meskipun pernah mengalami masa-masa sulit, tradisi bakar tongkang berhasil bertahan dan terus dilestarikan. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat juga sangat penting dalam menjaga kelangsungan tradisi ini.

Dengan semangat kebersamaan dan rasa syukur, tradisi bakar tongkang akan terus menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.

Jadi, Sobat Suka Fakta, itulah kisah menarik tentang tradisi bakar tongkang. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian tentang kekayaan budaya Indonesia. Tetap semangat dalam mengeksplorasi dan menghargai tradisi-tradisi unik di sekitar kita! See you di next artikel, Sob!

Baca Juga : Mengenal Ritual Tiwah Suku Dayak Ngaju: Jembatan Pengantar Arwah Menuju Alam Baka

Referensi :

  • Pemerintah Provinsi Riau. (2023, Juni 9). Festival Bakar Tongkang pada Tahun 2023 Kembali. Diakses dari https://www.riau.go.id/home/skpd/2023/06/09/6350-festival-bakar-tongkang-pada-tahun-2023-kembali.
  • Liputan6.com. (2023, Juli 4). Mengenal Festival Bakar Tongkang, Ritual Adat Tionghoa di Rokan Hilir Riau. Diakses dari https://www.liputan6.com/regional/read/5336811/mengenal-festival-bakar-tongkang-ritual-adat-tionghoa-di-rokan-hilir-riau#google_vignette.
  • Wikipedia. Ritual Bakar Tongkang. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ritual_Bakar_Tongkang.
  • Media Center Rohil. Event Bakar Tongkang di Rohil Ditiadakan, Bupati Rohil Lakukan Silaturahmi dan Beri Dukungan. Diakses dari https://mediacenter.rohilkab.go.id/view/event-bakar-tongkang-di-rohil-ditiadakan-bupati-rohil-lakukan-silaturahmi-dan-beri-dukungan.
Sukafakta

SukaFakta adalah website berita yang menyajikan fakta unik, fakta misteri, dan fakta dunia yang menarik dan terpercaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *